Selasa, 25 September 2012

Menunggu

seperti hujan yang tak hentinya menetes, begitulah harapanku
seperti serasah yang berguguran, begitulah keikhlasanku
seperti debu di terpa angin, begitulah kesabaranku
seperti karang yang di terjang ombak, begitulah perasaanku
seperti pelabuhan menanti kapal, begitulah caraku menunggumu.

*6 tahun penantian, ntah dimana 'n kapan menemukan sebuah utas
  yang dapat ku jadikan simpul
  bersatu atau tidak sama sekali

Minggu, 09 September 2012

Galau


Ntah kenapa tiap kali ku memikirkan pemilik nama itu hatiku sakit
Ntah kenapa tiap kali ku teringat wajah itu airmata ku meleleh
Ntah kenapa  tiap kali ku membayangkan orang itu nafas ku sesak

Inikah rasanya diabaikan oleh hati yang pernah menjadi milikmu ?
Inikah raanya tak dihiraukan oleh orang yang pernah menjadi penghuni hatimu ?
Inikah rasanya dilupakan oleh cinta yang pernah datang menghampirimu ?
Enam tahun memendam perasaan, tanpa pernah berani ku mengungkapkan
Perasaan yang kini membuat ku lemah,
Membuat ku rapuh...
 
Kini dy tlah berubah, ku tak mengenalinya 
Andai ada kesempatan yang kedua untuk  ku membalas perasaannya
Ku ingin mengatakan bahwa ku juga menyayanginya
Terkadang ku merasa tak sanggup…
Ingin rasanya lari dari kenyataan bahwa ku menginginkannya
Ingin rasanya pergi melupakannya,
Membuangnya dari fikiran ini dan berjalan mencari pengganti yang lebih baik darinya,
Tapi ternyata sulit.

Aware


When the twilight change to be the night
I have washed away in the darkness
When the night change to be the dawn
I still here keep silent in my frustration feeling

When the night pick me up
I still hope expect in waiting
And when the dawn recent be transformed
I be aware just any over there
A special someone occupy his heart

Sabtu, 01 September 2012

Berkelana ke Bukit Lawang

Bukit lawang…
Terletak di desa bukit lawang, kecamatan bahorok, kabupaten langkat.
Bukit lawang bukan tempat yang kudatangi untuk pertama kalinya. Sebelumnya aku juga pernah kesana misalnya waktu liburan keluarga, ada pelatihan sekaligus pengangkatan relawan Biopalas angkatan Lebah Hutan (Apis dorsata) menjadi anggota biasa, dan kegiatan pelatihan lapangan untuk relawan Bioplas yang baru yaitu angkatan lindi-lindi (Ichtiopys).
Maksud kedatangan ku kali ini adalah untuk berlibur sejenak, mencari inspirasi mengenai pembidangan di semester 5, dan melanjutkan ketertarikan pada saat seminar bersama anak-anak Mapala lain di UMA (Universitas Medan Area) Mei lalu mengenai larva Hermetia illucens yang dikembangkan oleh voluntir dari Swedish.
Rabu, 04 Juli 2012 pukul 10.00 aku dan seorang teman berangkat ke terminal Pembangunan Semesta (PS)  yang ada di Pinang Baris. Kami hanya berdua. Dua remaja (masih remajakah kami yang saat ini berusia 20 tahun ? hahaha yang pasti wajah kami masih terlihat remaja J)  yang gila berpetualang menjelajahi alam, modal uang pas-pas an dan nekat, penampilan alakadarnya kami berjalan gontai pikiran tak sabar ingin jalan-jalan.
Tubuh basah di sambut hujan, lelah menunggu bus yang akan kami tumpangi karena tak kunjung jalan. Pak sopir entah kemana, banyak anak yang rewl dan menagis di pangkuan ibuanya.
Mulutku tak berhenti mengunyah makanan dari mulai duduk hingga hampir tiba ke tujuan. Minum pun habis tak bersisa. Tak terasa kami tiba di tempat tujuan.
Senangnya disambut oleh senior yang baik hati dan tidak pelit menumpangi kami tempat tinggal untuk bermalam beberapa hari kedepan. Hari pertama kami putuskan untuk menemui salah satunya  terlebih dahulu di Ecofarming. Kemudian kami lanjutkan makan siang di warung sekitar Bukit Lawang dan menemui senior  yang satu  nya lagi di sekitar kantornya di Ecolodge. Malu-malu tapi sudah gag sabar pingin ketemu dengan si Lorenzo dan melihat langsung pengembangbiakan si larva. Kami di temani sang senior baik hati, kak Roma Siregar. Ia menyempatkan waktunya sejenak sebagai translater untuk kami. Tak lama kemudian kami berkeliling sekitar Ecotrail. Ecotrail merupakan program kerja terbaru yang hampir rampung di bangun oleh divisi pendidikan di Ecolodge.
Hari kedua, setelah sarapan pagi kami bergegas ke Ecofarming lagi, berkeliling kebun dan sedikit berbincang-bincang dengan senior kami juga yaitu bang Juki. Lebih tepatnya sharing pengalaman. Kami di beri gambaran masing-masing bidang yang ada di Biologi. Disela-sela waktu itulah sms tak diharapkan itu membuat HP ku berbunyi pertanda sms masuk .
Matahari menyengat, awan-awan tipis menghiasi langit cerah siang itu. Waktu menunjukan jam istirahat dan ishoma (istirahat sholat makan).
Selesai makan dan istirahat sejenak, kami memutuskan untuk menjelajahi Gua Kampret. Kami berdua nekat ingin pergi walau tanpa guide. Melihat wajah polos kami senior pun tak tega membiarkan kami pergi sendirian. Akhirnya kami pergi ke gua kampret ber 5 (aku, Aulia, kak Agus, Lorenzo, bang Juki).
Tiket masuk nya relatif murah, cukup membayar uang Rp. 5000 saja, banyak turis yang dating berombongan dan ada juga yang nekat-nekatan pergi sendirian.
Dinding gua yang dingin, lembab dan miskin cahaya. Lantainya licin, atapnya berukir batuan sedimen dan kapur membuat kami harus hati-hati. Semakin kedalam semakin dingin dan gelap. Di kanan kiri dinding gua mulai terlihat kampret-kampret (kelelawar) bergelantungan. Matanya yang bulat dan hitam seakan-akan menyala. Kami terus berjalan ke dalam bermodalkan senter dari penjaga di luar dan headlamp. Gua ini terasa sedikit mistisnya. Ada beberapa sesaji yang terlihat di lantai gua. Entalah… jaman sudah maju dan modern tetapi masih saja ada orang yang menyembah selain Allah. Diluar sana petir sudah menyambar apa yang bisa di sambarnya. Langit yang tadinya cerah berubah seketika menjadi gulita. Hujan turun deras. Walau begitu tidak mematahkan pengunjung yang baru tiba untuk masuk ke dalam gua. Kami berlima berteduh di pos penjaga menunggu hujan reda untuk kembali ke basecamp.
Hari ketiga, kami bangun pagi, berbenah, berkemas barang bawaan karena kami berkejar-kejaran dengan waktu untuk melihat para Pongo abelii (orang hutan Sumatera) sarapan. Biasanya jam pemberian makan hanya jam 9-10 pagi dan jam 3-4 sore. Kami bergegas, tidak sempat sarapan nasi, sambil jalan sambil ngunyah biskuit sisa kemarin dan meneguk minuman sebotol berdua. Di sepanjang jalan tidak terlihat tanda-tanda ada orang yang bertujuan kesana. Kami jalan secepat mungkin karena takut ketinggalan.
Ini ke dua kalinya aku dan Aulia ke Feeding. Kami langsung saja menyeberangi sungai dengan perahu, dan mendaki ke atas tempat yang dulu pernah kami datangi. Benar-benar tidak ada orang. Di tengah perjalanan kami mulai ragu dan memaki diri sendiri atas kenekatan kami. Tapi apa boleh buat. Pendakian terus kami lanjutkan. Kami tiba ti 2 persimpangan. Simpang ke kanan adalah simpang yang hendak kami tuju. Dan simpang ke kiri adalah simpang yang asing. Rasanya waktu petama kali kami kesini simpang ke kiri ini tidak ada. Akhirnya kami memilih simpang kanan. Sial !!!!! tempat pemberian makan sudah tidak disitu lagi. Kami turun lagi ke persimpangan. Sedikit berargumen, kami memutuskan untuk mejelajahi simpang ke kiri itu. Benar-benar 2 cewek gila. Berdua menjelajahi hutan kawasan TNGL demi melihat orang utan.
Alhamdulillah…
Simpang ke kiri tadi memang jalan yang benar. Dari kejauhan terdengar hingar bingar suara para pengunjung. Biasanya pengunjung kebanyakan berasal dari mancanegara. Ternyata lokasi memang sengaja dipindahkan setiap 3 bulan sekali untuk menghindari kerusakan kanopi hutan akibat pembuatan sarang oleh orang utan. Kami tiba di lokasi  dengan waktu yang sangat mepet. Pemberian makan hampir selesai. Hanya sempat berfoto sebentar. Lagi-lagi kami mengutuk diri sendiri. Akhirnya selang tak berapa lama kami bergegas jalan mengikuti rombongan turis di depan kami. Sampai di tepi sungai kami bukanya langsung pulang malah pecicilan mencari jalan menuju air terjun. Memang dasar 2 cewek gila !!!!! Panorama nya cukup indah. Saking asiknya kami lupa waktu. Sampe-sampe abang perahu nya berteriak memanggil kami karena hanya tinggal kami berdua yang belum menyeberang.
Puas berkelana menjelajahi bukit lawang hanya berdua, di tengah jalan kami sejenak berhenti membeli oleh-oleh di toko souvenir, dan bergegas ke terminal untuk segera kembali ke Medan.


Berantakan

July is coming...
Bulan yang sudah tidak sabar kunantikan sejak kemarin. Berbagai rencana sudah ku susun dan berbagai keperluan untuk berlibur sudah kupersiapkan. Sudah tidak sabar rasanya ingin membawa kaki ini melangkah menyusuri tempat-tempat yang sering ku lihat di televisi (hahah, korban TV) dengan harapan dapat menghilangkan rasa penatnya pasca Ujian Akhir Semester (UAS).
Yeah…,
Kesempatan kali ini rencanaya aku akan berlibur keliling Sumatera Barat. Mulai dari tanggal keberangkatan, tanggal kembali ke kampung halaman, tujuan perjalanan, dan berapa taksiran biaya yang akan aku keluarkan, semuanya sudah terkonsep.
Tapi,
Gubrak !!!!
Sms tidak di harapkan itu pun datang. Isinya singkat namun maknyanya buat aku lemas dan tak berselera makan. Aku yang pada saat itu sedang asik berkeliling kebun di sekitar Ecofarming, Bukit Lawang bersama seorang teman  langsung uring-uringan mendengar kabar bahwa kami harus nelaksanakan ujian remedial 1 stambuk mulai hari ini sampai besok. Hwaaa….. apa-apaan ini ?????!!!
Kami yang seharusnya 4 hari berlibur di Bukit Lawang, kemudian akan di lanjutkan perjalanan berlibur ke Sumatera Barat semuanya harus kacau berantakan. Otak pun mulai berfikir keras. Memikirkan bagaimana caranya liburan 4 hari bisa dipadatkan menjadi 3 hari tapi tujuan utama bisa tercapai ?
Akhirnya kuputuskan, hari ke-2 ini kami harus selesai keliling Ecofarming, Tanya jawab sedikit mengenai Ecofarming, melanjutkan tanya jawab dengan si Lorenzo (voluntir dari Swedish) mengenai project dari Larva Hermetia illucens  dan harus menjelajahi Gua Kampret. Kemudian besok pagi harus ke toko souvenir, ke air terjun, ke feeding dan sore harus sudah sampai lagi di Medan karena keesokan harinya harus mengikuti ujian remedial stambuk.
Well,  aku rasa gag ada yang salah dengan rencana kami. Semuanya sudah di atur sedemikian rupa tapi  tetap saja masih belum sinkron -___-“
Tidur lelap ku di perjalanan pulang harus di ganggu lagi dengan sms teman kuliah. Isinya mengatakan bahwa ujian besok harus di pending hingga lusa karena sang dosen ada urusan lain.
Rasanya kesal, kecewa, pingin marah, pingin nyuntik tuh dosen pake mikroorganisme patogen. Semua rencana berantakan. Lusa seharusnya aku harus mulai perjalanan liburan ku ke Sumatera Barat.
Speechless….Cuma bisa diam tanpa kata dan saling lirik dengan teman di sebelahku.